Koperasi masa kini, apalagi ke depan, mau tidak mau harus memanfaatkan dan menerapkan teknologi informasi (TI) yang telah berkembang sedemikian pesat dan masif, jika tidak ingin tertinggal, mengalami kemunduran, bahkan bisa jadi lenyap.
Demikian antara lain penegasan Kepala Dinas Kopersi dan UKM Provinsi Bali I Gede Indra Dewaputra, M.M., ketika memberikan sambutan pada Sarasehan Teknologi Informasi pada hari Selasa (10/7) lalu di Zizz Convention Hotel, Tegaljaya, Dalung.
Serasehan yang dihadiri oleh 72 orang lebih dari 40 orang yang diundang, berasal dari beberapa wilayah di Indonesia, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Lampung, Babel, Jabar, Jatim, Bali sendiri, bahkan luar negeri yaitu Timor Leste tersebut, menghadirkan nara sumber pakar TI dari Jakarta, Bandung, Jawa Tengah dan Jawa Timur; Pengembang BlankOn dan komunitas FLOSS Indonesia; PT Sakti Kinerja Kolaborasindo, yaitu perseroan milik koperasi, didirikan oleh beberapa Koperasi (CU, Kopdit, KSP) sebulan lalu di Probolinggo.
Selanjutnya, pada sarasehan yang digelar atas kerja sama PT Sakti Kinerja Kolaborasindo (PT SKK) dengan KSP TEB Artha Mulia dalam rangka Hari Koperasi ke-71 tersebut, Bapak Gede Indra, demikian beliau akrab disapa, menyampaikan bahwa tetap harus diakui koperasi telah tumbuh dan berkembang semakin baik dari hari ke hari, meski di sana-sini tetap terdapat kekurangan. Di Bali sendiri, dari segi keanggotaan misalnya, menurut Kadis dari Mengwi tersebut, pertumbuhannya menggembirakan. “Dari total jumlah penduduk Bali yang hampir 4 juta orang, sekitar 1.200.000 sudah menjadi anggota Koperasi”, kata Gede Indra sembari menambahkan bahwa jumlah tersebut telah mencakup sebagian besar jumlah penduduk dewasa.
Meski demikian, menurut Gede Indra, tantangan Koperasi juga semakin berat, apalagi di tengah dunia yang perubahannya sangat cepat seperti sekarang ini akibat perkembangan TI yang mencengangkan. Teknologi sudah menjadi kebutuhan dan telah mengubah banyak cara orang berinteraksi, termasuk cara-cara melakukan bisnis. “Koperasi, penggiat koperasi dan semua orang di dalamnya harus menyadari dan segera mengambil sikap, memanfaatkan perkembangan TI untuk pelayanan yang semakin cerdas bagi para anggota dan kemanfaatan yang semakin besar”, pungkas Gede Indra sembari mengapresiasi pula penyelenggaraan sarasehan oleh PT SKK dan KSP TEB Artha Mulia.
Sementara itu, Ketua Pengurus/Pengelola KSP TEB Artha Mulia, I Wayan Sujana, ketika menyampaikan sambutan, mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya sarasehan adalah untuk mengenal, memahami berbagai TI, perkembangan dan implementasinya untuk koperasi; perkembangan TI yang berdampak pada koperasi di masa depan; dan menginisiasi koperasi merumuskan kebijakan dan strategi bisnis koperasi yang terkait TI untuk bisa diterapkan di koperasi. Lebih jauh, pemrakarsa softwareSAKTI untuk koperasi tersebut menegaskan bahwa koperasi tidak bisa lagi menunggu, melainkan harus bergerak bersama-sama menyiapkan diri memasuki era TI yang tak terelakkan.
Sarasehan yang melibatkan perwakilan dari 26 CU/KSP dari seluruh Indonesia tersebut memang sangat intens mendiskusikan introduksi TI untuk koperasi sekaligus bagaimana dia bisa diimplementasikan.
Rusmanto, narasumber dari pengurus Asosiasi Open Source Indonesia memaparkan bahwa blockchainadalah teknologi masa depan untuk data yang sangat besar dan kompleks, terdistribusi sehingga tersederhanakan, terkontrol, aman dan fair. Koperasi bisa menerapkan teknologi ini untuk berbagai transaksi antar dan antara anggota, antar dan antara lembaga koperasi secara aman dan fair, tanpa harus melalui pihak ketiga seperti bank dan sebagainya.
Lebih jauh, dosen teknologi dan sistem informasi Sekolah Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri tersebut mengatakan bahwa teknologi blockchaintelah diterapkan oleh asosiasi Credit Union di Amerika (CUNA dan MWCUA) dengan membentuk CULedger.
Pemanfaatan teknologi blockchainrupanya bersambut dengan pemikiran-pemikiran Firdaus Putra HC, Chief Operating Officer Kopkun Coop Incorporated (KCI) Puwokerto yang berbicara tentang koperasi dan demokrasi ekonomi. Pendiri dan CEO Kopkun Institute tersebut mengusulkan agenda strategis koperasi mendatang antara lain: konsolidasi pasar bersama melalui teknologi keuangan, rekayasa kelembagaan koperasi melalui pemekaran, dan kolaborasi multipihak.
Dalam konteks tersebut, beberapa koperasi (CU, KSP) dari seluruh Indonesia telah mendirikan perseroan di bidang teknologi keuangan yaitu PT SAKTI KINERJA KOLABORASINDO (PT SKK) di Probolinggo. Endy Chandra, Direktur PT SKK memperkenal MyCOOP, salah satu produk PT SKK. Di dalamya ada berbagai fitur yang bisa dimanfaatkan oleh koperasi mana pun dan anggotanya untuk saling terhubung dan bertransaksi secara mudah dan aman. Misi besarnya adalah bagaimana membuat koperasi Indonesia besar, menyatu dalam perbedaan dan kuat.
Aura dan spirit gerakan demokrasi ekonomi melalui koperasi yang di dalamnya ada pemerataan secara ekonomi dan pengelolaan sumber-sumber ekonomi secara demokratis, sangat terasa dalam diskusi-diskusi hangat dan kondusif sepanjang sarasehan. Rilis BlankOn XI Uluwatu oleh komunitas FOSS (free open source software) rupanya memberi aksen atas semangat demokrasi, kemerdekaan dan kejujuran dalam membangun keadaban ekonomi koperasi. Estu Fardani, Manajer Rilis BlankOn Uluwatu, mengatakan bahwa misi proyek BlankOn adalah membuat SDM Indoensa bisa bersaing dengan SDM negara lain, khususnya di bidang pengembangan perangkat terbuka. Implementasi perangkat terbuka (open source) oleh koperasi didorong sehingga bisa lepas dari softwareilegal (bajakan) dan bisa lebih merdeka dan kreatif.